Menelisik Jejak dan Gairah Akademik Ilmu Komunikasi UGM

kampus fisipol ugm yogyakarta


Di sudut tenang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada, bangunan klasik berdiri kokoh membingkai sejarah panjang intelektualisme Yogyakarta. Di antara ruang-ruang kuliah dan diskusi yang menguarkan semangat kritis, Jurusan Ilmu Komunikasi menorehkan kisahnya sendiri—sebuah cerita tentang dedikasi akademik, jejaring sosial yang kuat, dan kontribusi pada dunia nyata yang tak bisa dikesampingkan.

Dari Laboratorium ke Poros Strategis

Ilmu Komunikasi UGM bukan sekadar jurusan, melainkan tonggak penting dalam sejarah pendidikan komunikasi di Indonesia. Didirikan pada tahun 1957 sebagai bagian dari Departemen Publisistik di bawah naungan Fakultas Publisistik yang saat itu berdiri sendiri, jurusan ini merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. Seiring perkembangan zaman, jurusan ini kemudian menjadi bagian dari FISIPOL pada 1983 dan resmi bernama Ilmu Komunikasi.

Jurusan ini dibentuk dalam semangat mengintegrasikan teori dan praktik komunikasi dalam konteks sosial-politik Indonesia. Tak hanya menyasar keterampilan jurnalistik atau kehumasan, tetapi juga membentuk pemahaman kritis atas peran komunikasi dalam perubahan sosial. Dari masa ke masa, kurikulumnya terus diperbarui—merespons perubahan teknologi, media, dan dinamika publik.

Antara Teori Kritis dan Praktik Lapangan

Ilmu Komunikasi UGM menawarkan tiga konsentrasi utama: Jurnalistik, Hubungan Masyarakat (Humas), dan Komunikasi Strategis. Masing-masing dibentuk dengan fondasi teori yang kokoh dan praktik lapangan yang intensif. Tak heran jika lulusan jurusan ini tersebar di berbagai bidang: dari redaksi media nasional, perusahaan teknologi global, lembaga swadaya masyarakat, hingga lembaga pemerintah.

Kurikulum yang adaptif adalah salah satu keunggulan utamanya. Mahasiswa dibekali keterampilan analisis media, public speaking, penulisan kreatif, hingga manajemen krisis komunikasi. Di sisi lain, mereka juga diajak menggali kajian-kajian seperti politik media, budaya digital, dan representasi gender.

Pendekatan interdisipliner menjadi kunci: mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM tak hanya belajar dari dosen komunikasi, tetapi juga dari sosiolog, antropolog, bahkan data scientist. Inilah kekuatan UGM—perpaduan lintas ilmu yang membentuk pemikiran holistik dan tak terjebak pada satu paradigma tunggal.

Tak Sekadar Tampil, Tapi Mempengaruhi

Prestasi mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM menjadi cermin kualitas pendidikannya. Dalam beberapa tahun terakhir, mahasiswa jurusan ini memenangkan berbagai kompetisi nasional dan internasional: dari lomba debat, kampanye digital, hingga festival film dokumenter.

Sebut saja Komakom, komunitas mahasiswa komunikasi yang aktif memproduksi film pendek, konten edukatif, dan advokasi sosial. Karya mereka bukan hanya dikonsumsi di YouTube, tetapi juga pernah meraih penghargaan di ajang FFI dan Festival Film Pelajar Indonesia.

Tak hanya itu, program Communication for Change yang digagas jurusan ini berhasil membawa mahasiswa ke berbagai pelosok Indonesia untuk mengedukasi masyarakat tentang literasi media dan bahaya disinformasi. Sebuah bentuk pengabdian yang menjembatani ruang kelas dan realitas sosial.

Dari Balik Layar ke Panggung Politik

Nama-nama besar alumni Ilmu Komunikasi UGM bertebaran di berbagai lini. Dari wartawan senior, praktisi humas profesional, pegiat startup, hingga politisi muda. Mereka dikenal bukan hanya karena kemampuan komunikasi yang mumpuni, tetapi juga karena nilai-nilai etika dan kepedulian sosial yang tertanam selama kuliah.

Salah satu di antaranya, Najwa Shihab, pernah menyampaikan dalam sebuah kuliah umum di FISIPOL: “Komunikasi bukan tentang siapa yang paling keras berbicara, tapi siapa yang paling dalam mendengarkan.” Kalimat ini mencerminkan karakter lulusan UGM: cerdas, berempati, dan siap memimpin.

Komunikasi Sebagai Jalan Perubahan

Di era disrupsi digital, ketika banjir informasi membuat publik terombang-ambing dalam kabut narasi, keberadaan institusi seperti Ilmu Komunikasi UGM menjadi semakin penting. Ia bukan hanya mencetak komunikator, tetapi pemikir—yang mampu memetakan wacana, membaca kekuasaan, dan menyuarakan kebenaran.

Dari Jogja, jurusan ini terus menyalakan lentera: bahwa komunikasi sejati bukan tentang sekadar menyampaikan pesan, tetapi menciptakan perubahan.


Program Studi & Jurusan

Departemen Iilmu Komunikasi UGM menawarkan rangkaian program yang lengkap meliputi:

  • S1 Reguler (Sarjana Ilmu Komunikasi)
  • S1 Internasional (International Undergraduate Program – IUP)
  • S2 (Magister Ilmu Komunikasi), mulai 2008
  • S3 (Doktor Ilmu Komunikasi), mulai 2020 

Jadi totalnya ada 4 program studi pada jenjang S1 hingga S3.


Kapasitas dan Jumlah Mahasiswa Baru

  • Daya tampung S1 Reguler: sekitar 75-80 mahasiswa per angkatan 
  • Di samping itu, terdapat program internasional (IUP) yang masing-masing memiliki kuota sendiri (tidak selalu dipublikasikan, biasanya puluhan per tahun).
  • Total mahasiswa aktif DIKOM mencapai sekitar 640–960 mahasiswa (menghitung S1–S3) .


Akreditasi & Pengakuan Internasional

  • Akreditasi BAN‑PT: peringkat A, SK terakhir dikeluarkan pada 5 Mei 2020, berlaku hingga 5 Mei 2025 

Akreditasi Internasional:

  • Program S1 secara keseluruhan memperoleh “Fully Accredited” dari FIBAA pada 27 November 2024, berlaku hingga 28 November 2028 

No comments

Tentang Akademus

Akademus is a platform highlighting stories from Indonesian education—featuring students, teachers, and campuses shaping ideas and futures. ...

Powered by Blogger.